Ibadah Haji sebelum Islam: Sejarah dan Tradisi yang Menyimpang
Ibadah haji telah menjadi salah satu rukun Islam yang penting, tetapi tahukah Anda bahwa ritual ini sudah dilaksanakan sejak zaman jahiliyah? Sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw., masyarakat Arab sudah melaksanakan ibadah haji, meski dengan banyak penyimpangan dari ajaran asli Nabi Ibrahim AS. Lantas bagaiaman pelaksanaan haji sebelum Islam? Simak selengkapnya di bawah ini!
Haji di Masa Jahiliyah, Masa Pra Islam
Ritual ibadah haji telah dilaksanakan oleh umat manusia sejak zaman jahiliyah sebelum kenabian Nabi Muhammad tepatnya pada periode kenabian Nabi Ibrahim. Jahiliyah digunakan untuk menggambarkan keadaan masyarakat yang suka bertindak bodoh karena tidak memahami aturan agama.
“Mereka juga tidak mau diatur oleh aturan yang akan meninggikan derajatnya sebagai manusia,” kata Dr. KH Asep Zaenal Ausop dalam bukunya “Haji: Falsafah, Syariah &Rihlah Meraih Haji Mabrur yang Cumlaud”
KH Asep mengatakan ciri-ciri zaman Jahiliyah ialah mengakui ‘millah’ Ibrahim tetapi justru menolak ajaran Nabi Ibrahim yang bertentangan dengan adat istiadat Jahiliyah. Peradaban mereka jauh dari nilai-nilai budaya yang berlaku.
“Judi, mabuk, seks bebas, dan tawuran. Beberapa tindakan yang sekarang pun sudah sedang terjadi hingga kini,” katanya.
Penyimpangan dalam Amalan Haji
Dalam tata cara beragama kaum jahiliyah juga berkomitmen untuk mengikuti tradisi keagamaan Nabi Ibrahim. Tetapi, amalan itu dalam berbagai sisi sudah terkotori oleh hawa nafsu mereka dan di dalam ritual haji itu telah banyak dicampuri oleh ajaran-ajaran baru yang berasal dari budaya setempat.
“Jadi, agama Islam mereka adalah Islam sinkretis yang penuh bid’ah, khurafat dan syirik,” katanya.
Baca Juga: Perbuatan Dosa yang Dilipatkan Jika Dilakukan saat Haji
Pakaian Jamaah Haji di Zaman Jahiliyah
Pada masa jahiliyah dalam hal pakaian, kaum wanita telanjang bulat ketika berjalan kaki saat tawaf, sedangkan jamaah pria memakai pakaian lengkap. Jamaah wanita harus telanjang, tidak boleh ada selembar kainpun, bahkan selembar benangpun yang menempel pada tubuhnya.
“Kaum wanita bergerak mengelilingi ka’bah dengan telanjang, mereka hanya menutup kedua tangannya di depan kemaluannya,” katanya.
Tata Cara Haji dan Peran Orang-Orang yang Melayani Jamaah
Meski banyak terjadi penyimpangan dalam tata cara ibadah haji, ada satu hal yang masih dipertahankan oleh masyarakat jahiliyah, yaitu penghormatan terhadap orang-orang yang melayani jamaah haji. Dalam tradisi mereka, mengurusi jamaah haji adalah pekerjaan mulia. Orang yang diberi tugas untuk melayani, seperti menyediakan air minum bagi jamaah, dianggap memiliki kedudukan terhormat di masyarakat.
Penghormatan ini sebenarnya adalah warisan dari ajaran Nabi Ibrahim AS yang mengajarkan pentingnya melayani tamu Allah. Namun, sayangnya, meski tata cara ini masih dilakukan, esensi dari menunaikan ibadah haji tetap banyak yang menyimpang. Hal ini karena praktik ibadah haji pada masa itu lebih banyak dipengaruhi oleh tradisi dan adat istiadat lokal yang telah rusak.
Baca Juga: Sejarah Gelar Haji Hajjah di Indonesia
Nabi Muhammad Meluruskan Ibadah Haji
Dalam sejarah, ketika masyarakat Arab berada dalam masa kegelapan, Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad saw. sebagai nabi terakhir (khataman nabiyyin) untuk meluruskan akhlak dan syariah, termasuk tata cara ibadah haji. Salah satu tugas besar Nabi Muhammad saw. adalah mengembalikan ibadah haji sesuai dengan ajaran tauhid yang murni, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim as.
Nabi Muhammads aw. memperbaiki banyak kesalahan yang telah dilakukan oleh masyarakat jahiliyah dalam menjalankan haji. Misalnya, beliau melarang praktik tawaf telanjang bagi wanita dan mengembalikan haji sebagai ibadah yang suci dan penuh makna spiritual. Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya kebersihan, kesucian hati, dan niat yang ikhlas dalam melaksanakan ibadah haji.
Baca Juga: Bolehkan Perempuan Pergi Haji tanpa Suami atau Mahram?
Kesimpulan
Ibadah haji sebelum Islam mencerminkan betapa jauhnya masyarakat saat itu dari ajaran tauhid yang murni. Banyak praktik ibadah yang sudah tercampur dengan adat istiadat lokal dan hawa nafsu, sehingga makna sebenarnya dari ibadah haji menjadi kabur. Namun, dengan diutusnya Nabi Muhammad saw. , syariah haji kembali diluruskan sesuai dengan ajaran Islam yang sejati.
Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaan ibadah haji di zaman sekarang serta bagaimana prinsip-prinsip syariah diterapkan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan keuangan haji, kunjungi situs BPKH. Di sana, Anda dapat menemukan informasi terkini tentang haji yang dikelola secara transparan, akuntabel, dan sesuai dengan syariah Islam.