Apa itu Murabahah? Mengenal Pengertian dan Prosesnya di Jual Beli
Dalam dunia keuangan syariah, istilah murabahah cukup sering didengar, terutama dalam konteks pembiayaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Namun, apa itu murabahah? Bagi Anda yang ingin memahami lebih dalam tentang konsep ini, BPKH akan membahas pengertian, rukun dan syarat, manfaat, serta contoh penerapan akad murabahah secara rinci. Tanpa panjang lebar lagi, simak sampai tuntas artikel di bawah ini!
Apa Itu Murabahah?
Secara bahasa, istilah al-murabahah berasal dari kata dalam bahasa Arab, yaitu al-ribh dan al-ribah, yang artinya keberuntungan atau keuntungan. Dalam literatur klasik Islam, murabahah diartikan sebagai sebuah akad jual beli dengan penambahan keuntungan bagi penjual. Al-Nawawi mendefinisikan murabahah sebagai “akad jual beli di mana harga barang yang ditetapkan sama dengan harga pembelian awal, ditambah nilai keuntungan yang disepakati.”
Pasal 20 ayat (6) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) menyebutkan bahwa murabahah merupakan suatu cara untuk memperoleh barang yang dibutuhkan dengan harga yang telah disepakati sebelumnya, di mana penjual mendapatkan keuntungan atas harga pokok barang tersebut. Singkatnya, murabahah merupakan akad yang mendahulukan keadilan dan keterbukaan.
Dalam proses murabahah, harga pokok barang yang dibeli akan diinformasikan oleh penjual kepada pembeli, beserta tambahan nilai keuntungan yang telah disepakati bersama. Pembayaran atas barang tersebut dapat dilakukan langsung atau melalui sistem angsuran, sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Baca Juga: Apa Itu Akad Tijarah? Prinsip dan Penerapannya dalam Bisnis
Rukun dan Syarat Akad Murabahah
Seperti halnya transaksi lain dalam hukum Islam, akad murabahah memiliki rukun dan syarat yang harus dipenuhi agar akad tersebut sah dan sesuai syariah.
Rukun Akad Murabahah
- Penjual dan Pembeli: Kedua pihak yang bertransaksi, yaitu pihak yang menawarkan barang (penjual) dan pihak yang memerlukan barang (pembeli).
- Barang yang Diperjualbelikan: Barang yang menjadi objek jual beli harus memiliki nilai dan manfaat yang jelas.
- Nilai Barang yang Diperjualbelikan: Harga yang menjadi dasar transaksi harus ditetapkan secara jelas, baik harga pokok maupun keuntungan yang diambil oleh penjual.
- Ijab dan Qobul: Kedua belah pihak harus menyatakan persetujuan secara eksplisit. Ijab qobul ini merupakan bentuk komitmen mereka terhadap akad yang dijalankan.
Syarat-Syarat dalam Akad Murabahah
- Penjual Menginformasikan Harga Barang: Penjual wajib memberikan informasi yang jujur mengenai harga pokok barang kepada pembeli.
- Laba yang Diketahui Secara Pasti: Penjual dan pembeli harus menyepakati jumlah keuntungan yang akan diambil oleh penjual secara jelas dan transparan.
- Kejelasan Barang yang Dijual: Barang yang diperjualbelikan harus memiliki deskripsi yang jelas agar pembeli memahami kondisi barang secara lengkap.
- Kejujuran Penjual: Penjual wajib jujur dalam setiap detail mengenai barang yang dijual, termasuk harga pembelian dan kondisi barang. Sikap ini penting untuk menjaga kepercayaan dan keadilan dalam transaksi.
Dengan memenuhi syarat-syarat di atas, akad murabahah dapat berjalan sesuai prinsip keadilan dalam Islam dan menciptakan rasa aman bagi kedua belah pihak.
Manfaat Akad Murabahah
Akad murabahah tidak hanya menjadi solusi bagi pembiayaan yang adil, tetapi juga memberikan berbagai manfaat yang menjadikannya populer dalam sistem perbankan syariah:
- Keterbukaan dalam Transaksi: Dengan adanya informasi harga pokok dan keuntungan yang transparan, akad murabahah mendorong keterbukaan yang sangat dihargai dalam transaksi berbasis syariah.
- Mengurangi Risiko Riba: Salah satu manfaat utama murabahah adalah menghindari praktik riba. Dalam murabahah, keuntungan yang diambil oleh penjual adalah kompensasi yang disepakati atas barang yang ditawarkan, bukan bunga atas pinjaman uang.
- Pilihan Pembayaran yang Fleksibel: Akad murabahah memberikan kemudahan pembayaran bagi pembeli, baik dalam bentuk tunai maupun angsuran. Ini sangat membantu bagi mereka yang membutuhkan waktu untuk melunasi harga barang.
- Keadilan bagi Kedua Pihak: Akad ini memastikan bahwa baik penjual maupun pembeli tidak merasa dirugikan karena segala sesuatu terkait harga dan keuntungan telah disepakati bersama di awal.
- Kesesuaian dengan Prinsip Syariah: Dengan akad yang memenuhi prinsip kejujuran, keterbukaan, dan adil, murabahah memberikan alternatif transaksi yang lebih sesuai bagi mereka yang ingin mengikuti ajaran Islam dalam hal keuangan.
Baca Juga: Apa Itu Perjanjian Aqabah? Simak Latar Belakangnya Di sini!
Perbedaan Akad Murabahah dan Riba
Akad murabahah dan riba sering disalahartikan sebagai hal yang mirip, padahal keduanya memiliki perbedaan mendasar. Dalam konteks pembelian barang secara cicilan, perbedaan mendasar antara akad murabahah dan riba terletak pada konsep transaksi yang digunakan.
Pada sistem ribawi, transaksi dilakukan dengan meminjamkan uang kepada pembeli, yang kemudian diwajibkan mengembalikan uang tersebut dalam bentuk cicilan. Uang yang dikembalikan ini biasanya lebih besar dari jumlah yang dipinjamkan karena adanya bunga atau tambahan yang dibebankan kepada pembeli.
Mekanisme ini membuat pembeli tidak benar-benar memiliki barang tersebut sebelum utangnya lunas, sementara penjual atau pihak pemberi pinjaman hanya mengambil keuntungan dari bunga tanpa melibatkan kepemilikan barang secara langsung.
Di sisi lain, dalam sistem syariah seperti akad murabahah, transaksi dilakukan dengan menjual barang kepada pembeli dengan harga tertentu, yang telah mencakup keuntungan yang disepakati bersama.
Pembeli membeli barang langsung dari penjual, dengan opsi membayar secara cicilan. Di sini, penjual dan pembeli transparan mengenai harga pokok dan margin keuntungan. Dalam akad ini, pembeli benar-benar memperoleh kepemilikan barang sejak awal dan mencicil langsung harga barangnya, bukan utang uang, sehingga transaksi lebih adil dan bebas dari unsur riba.
Baca Juga: Apa Itu Musyarakah? Memahami Konsep dan Manfaatnya
Contoh Akad Murabahah
Sebagai contoh, seorang pengusaha kecil ingin membeli barang dagangan berupa bahan baku kain untuk produksi busana. Karena kekurangan modal, ia meminta bantuan lembaga keuangan syariah untuk membiayai pembelian bahan baku tersebut melalui akad murabahah. Berikut proses yang akan terjadi:
- Penentuan Harga Barang oleh Penjual: Lembaga keuangan syariah (penjual) terlebih dahulu membeli bahan baku kain dari pemasok dengan harga pokok Rp10.000.000.
- Penambahan Keuntungan: Pihak lembaga keuangan menetapkan keuntungan sebesar Rp2.000.000, sehingga total harga yang harus dibayar oleh pengusaha adalah Rp12.000.000.
- Kesepakatan Pembayaran: Pengusaha dapat melakukan pembayaran secara angsuran sesuai dengan kesepakatan, misalnya sebesar Rp1.000.000 per bulan.
- Pengiriman Barang dan Pembayaran: Setelah kesepakatan dicapai, barang dikirimkan kepada pengusaha. Lembaga keuangan akan menerima pembayaran angsuran hingga harga jual terpenuhi.
Dalam contoh ini, baik penjual (lembaga keuangan) maupun pembeli (pengusaha) mendapatkan manfaat dari akad murabahah. Pembeli mendapatkan barang yang dibutuhkan, sementara penjual memperoleh keuntungan yang telah disepakati tanpa adanya unsur riba.
Kesimpulan
Itulah penjelasan lengkap apa itu akad murabahah. Melalui akad ini, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa dengan cara yang lebih transparan, adil, dan sesuai dengan prinsip Islam. Tidak hanya menguntungkan kedua belah pihak, akad ini juga memberikan solusi finansial yang lebih aman bagi umat muslim. Dengan memahami rukun, syarat, manfaat, dan proses dalam akad ini, kita dapat lebih bijak dalam melakukan transaksi keuangan yang sesuai dengan syariah.
Untuk Anda yang ingin mempelajari lebih lanjut mengenai penyelenggaraan dan pengelolaan dana haji yang sesuai syariah, akuntabel, dan transparan, Anda dapat mengunjungi situs resmi Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Di sana, Anda juga bisa menemukan informasi lain yang memperkaya wawasan Anda seputar keuangan syariah serta pengelolaan haji yang modern dan tepercaya, sehingga ibadah dan pengelolaan keuangan sesuai syariah.