Bentuk Amalan dan Keikhlasan dalam Ibadah Haji
Amalan dalam ibadah haji seperti Talbiyah, Thawaf, Sai, menyembelih hadyu, melempar jumrah zikir dan doa merupakan refleksi keikhlasan umat Islam kepada Allah SWT.
“Ketika kita perhatikan amalan-amalan ibadah haji maka kita dapat melihat bahwa ikhlas tampak jelas sebagai poros dari setiap amalan-amalan tersebut. Sejak masuk dalam manasik (amalan) haji sampai amalan penutup ibadah haji,” tulis H Aswanto Muhammad dalam tulisannya Haji dan Keikhlasan. Lantas, Apa saja bentuk amalan dan keikhlasan dalam ibadah haji? Untuk mengetahuinya, simak selengkapnya artikel di bawah ini!
Bentuk Amalan dan Keikhlasan dalam Ibadah Haji
Salah satu kunci keberhasilan ibadah haji adalah keikhlasan dalam melaksanakannya, yang merupakan pondasi dari seluruh amalan yang dilakukan selama berada di Tanah Suci. Berikut beberapa contoh amalan ibadah haji yang menggambarkan keikhlasan hanya kepada Allah Saw.
1. Talbiyah
Talbiyah adalah kalimat pertama yang diucapkan seorang muslim ketika melaksanakan ibadah haji. Talbiyah pada hakikatnya adalah pemurnian tauhid kepada Allah dan mencampakkan segala bentuk syirik. Ibnu Umar Ra menyebutkan bahwa lafal talbiyah yang diucapkan oleh Rasulullah Saw adalah:
“Aku memenuhi panggilanMu ya Allah aku memenuhi panggilanMu. Aku memenuhi panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, aku memenuhi panggilanMu. Sesungguhnya pujian dan nikmat adalah milikMu, begitu juga kerajaan, tiada sekutu bagiMu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan mengucapkan kalimat tersebut jamaah haji memproklamasikan keikhlasannya dalam menyambut panggilan Allah untuk berhaji, semata-mata hanya bagi Allah Swt.
2. Thawaf dan Sa’i
Ketika jamaah haji melakukan thawaf dan sa’i, ia harus berjalan mengelilingi Kabah serta bukit Shafa dan Marwah. Perjalanan yang cukup melelahkan di tengah-tengah keramaian dan kepadatan manusia itu dilakukan semata-mata untuk Allah dan atas perintah Allah Swt. Berulang kali umat mengucapkan kalimat tahlil (tauhid) ketika berada di bukit Shafa dan Marwah sebagai bentuk persaksian bahwa umat melaksanakan amalan dengan penuh keikhlasan hanya untuk Allah Swt.
3. Menyembelih Hadyu (Dam)
Pada tanggal 10 Dzulhijjah jamaah haji menunaikan ibadah haji Tamattu’ dan Qiran. Jamaah diharuskan menyembelih hadyu (dam). Allah Swt memerintahkan untuk menyembelih hewan tersebut dengan penuh keikhlasan, dengan menyebut namaNya sebagai bentuk ketaatan kepadaNya, Allah berfirman yang artinya:
“Katakan: sesungguhnya shalatku, sembelihanku [ibadahku], hidupku dan matiku semuanya milik Allah penguasa alam semesta.” (QS. AlAn’am:162).
Dalam ayat lain Allah berfirman yang artinya: “Maka shalat dan sembelihlah [hewan kurban] untuk Tuhanmu.” (QS. Al-Kautsar: 2)
4. Melempar Jumrah
Nabi Ibrahim As adalah orang pertama yang melempar jumrah di Mina kemudian menjadi bagian dari ibadah haji yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Apabila Nabi Ibrahim melempar jumrah untuk mengusir setan yang menghalanginya, maka ketika kita melempar jumrah tidak lagi
bertujuan untuk melempar setan, tetapi sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dengan menjalankan ritual tersebut dan menegakkan dzikrullah sebagai buah dari keikhlasan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat.
“Sesungguhnya disyariatkannya thawaf di Ka’bah, melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah, dan melempar jumrah adalah untuk menegakkan dzikrullah” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi, hadits ini sanadnya lemah, yang benar bahwa ini adalah perkataan Aisyah radhiyallahu ‘anha dan bukan sabda Nabi).
5. Doa dan zikir
Doa dan zikir adalah inti dari ibadah. Segala ibadah yang dilaksanakan tidak terlepas dari doa dan zikir, termasuk ibadah haji. Allah memerintahkan hambaNya untuk ikhlas dalam berdoa dan tidak melakukan syirik di dalamnya, dalam surah Al-Jin ayat 18 Allah berfirman yang artinya:
“Dan sesungguhnya masjid itu hanyalah kepunyaan Allah, maka janganlah kalian menyembah siapapun selain Allah di dalamnya.”
Ketika Rasulullah Saw melaksanakan ibadah haji bersama para sahabatnya, beliau memperbanyak doa dan zikir, hingga ketika beliau bersama sahabatnya sampai ke padang Arafah di waktu Zhuhur, beliau wukuf sambil berdoa dan berzikir hingga terbenam matahari, di saat itu diriwayatkan bahwa beliau memperbanyak mengucapkan tahlil yang mengandung tauhid dan keikhlasan kepada Allah Swt.
5 Tips Menjaga Keikhlasan saat Berhaji
Menjaga keikhlasan dalam melaksanakan ibadah haji merupakan tantangan yang penting karena ibadah ini tidak hanya mengandalkan fisik, tetapi juga melibatkan hati dan niat. Keikhlasan memastikan bahwa ibadah haji yang dilakukan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berikut lima tips untuk menjaga keikhlasan saat berhaji:
1. Niatkan Haji Hanya untuk Allah
Pastikan sejak awal bahwa niat berhaji hanya untuk mencari ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain. Sebelum berangkat, luangkan waktu untuk berdoa dan meminta Allah agar memberikan kekuatan untuk menjalankan ibadah dengan ikhlas.
2. Hindari Pamer (Riya’)
Selama di Tanah Suci, hindari sikap pamer atau riya’ dalam bentuk apapun, baik dalam ibadah maupun dalam berbagi cerita tentang pengalaman haji. Fokuskan diri pada ibadah dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Ingat bahwa tujuan utama adalah mendekatkan diri kepada-Nya, bukan mendapatkan pengakuan dari sesama manusia.
3. Bersyukur dan Sabar
Saat menjalani ibadah haji, banyak tantangan yang mungkin dihadapi, mulai dari cuaca ekstrem hingga kerumunan yang padat. Dalam situasi tersebut, bersyukur dan sabar adalah kunci untuk menjaga keikhlasan. Selalu ingat bahwa semua ujian ini merupakan bagian dari proses ibadah yang akan mendekatkan kita kepada Allah.
4. Fokus pada Kualitas Ibadah, Bukan Kuantitas
Dalam berhaji, kualitas ibadah lebih penting daripada kuantitasnya. Alih-alih berlomba-lomba untuk melakukan banyak ibadah, fokuslah pada pelaksanaan ibadah yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dan ketenangan. Dengan demikian, setiap ibadah yang dilakukan akan lebih bermakna dan diterima oleh Allah.
5. Refleksi Diri Secara Berkala
Selama pelaksanaan ibadah haji, luangkan waktu untuk merenungkan niat dan tujuan dari setiap amalan yang dilakukan. Refleksi diri ini penting untuk memastikan bahwa setiap tindakan dilakukan semata-mata karena Allah. Dengan refleksi yang konsisten, Anda dapat terus memperbaiki niat dan menjaga keikhlasan dalam beribadah.
Menjalankan ibadah haji dengan penuh keikhlasan adalah salah satu aspek terpenting dalam meraih ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setiap amalan dalam haji, mulai dari talbiyah, thawaf, sa’i, menyembelih hadyu, hingga melempar jumrah, semuanya menggambarkan kepatuhan dan ketulusan hati seorang muslim dalam beribadah.
Menjaga keikhlasan saat melaksanakan ibadah haji bukan hanya soal niat, tetapi juga konsistensi dalam menghindari riya’, bersabar, dan merenungkan setiap tindakan yang dilakukan. Dengan demikian, ibadah haji tidak hanya menjadi rutinitas fisik, tetapi juga pengalaman spiritual yang mendalam, yang akan membawa berkah dan manfaat dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Semoga Allah menerima setiap amalan haji kita dan menjadikannya ibadah yang mabrur. Aamiin