BPKH Meluncurkan Buku Panduan Ibadah Haji Ramah Lingkungan “Responsible Green Hajj”
Jakarta, 23 Juni 2025 – Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) secara resmi meluncurkan buku panduan ibadah haji ramah lingkungan yang berjudul Responsible Green Hajj pada Senin (23/06/2025) bertempat di Muamalat Tower, Jakarta.
Buku panduan ini merupakan hasil kolaborasi antara BPKH dan Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sebagai upaya mendorong pelaksanaan ibadah haji yang bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.
Peluncuran buku tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Anwar Abbas, Anggota Komisi VIII DPR RI Maman Immanul Haq, Anggota Badan Pelaksana dan Dewan Pengawas BPKH, serta perwakilan dari berbagai instansi terkait seperti DPR RI, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, Perbankan Syariah dan Travel Haji dan Umroh.
Buku Responsible Green Hajj memuat panduan komprehensif bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah haji secara bertanggung jawab terhadap lingkungan, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan perjalanan haji, hingga kepulangan.
Dengan demikian, ibadah haji tidak hanya menjadi kewajiban spiritual, melainkan juga wujud nyata pelestarian lingkungan secara berkelanjutan.
Panduan ini sejalan dengan visi BPKH dalam mewujudkan tata kelola keuangan haji yang profesional, transparan, dan berkelanjutan, tidak hanya dari sisi ekonomi dan sosial, tetapi juga aspek ekologi. BPKH menegaskan komitmennya untuk memberikan layanan terbaik, tidak semata sebagai lembaga keuangan, tetapi juga sebagai mitra umat dalam pelaksanaan ibadah haji yang berkelanjutan.
Anggota Badan Pelaksana BPKH, Bapak Harry Alexander, menyampaikan bahwa sebagai pengelola dana haji, BPKH memiliki tanggung jawab besar bukan hanya dalam memastikan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan, tetapi juga menjaga agar pelaksanaan ibadah haji selaras dengan prinsip lingkungan yang berkelanjutan.
“Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang harus dijalankan dengan kesadaran spiritual dan sosial. Dengan hadirnya buku panduan Responsible Green Hajj, kami mengajak seluruh jamaah untuk memahami bahwa menjaga bumi adalah bagian integral dari ibadah itu sendiri,” ujar Harry Alexander.
Harry menjelaskan, program ini mengedepankan kesadaran jamaah dalam setiap tahap pelaksanaan haji, mulai dari persiapan sebelum keberangkatan, selama di tanah suci, hingga saat kembali ke tanah air. Setiap langkah harus memperhatikan dampak lingkungan, seperti pengelolaan sampah yang baik, penggunaan sumber daya secara efisien, dan penghormatan terhadap ekosistem setempat.
“Ini bukan hanya soal menjaga alam, tetapi juga meneruskan warisan terbaik kepada generasi mendatang agar mereka dapat menikmati bumi yang sehat dan lestari,” tambah Harry.
Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, Azrul Tanjung mengatakan bahwa yang dimaksud dengan haji hijau adalah petugas haji, jamaah haji dan lain sebagainya turut menjaga lingkungan. Menjaga lingkungan diawali dari kesadaran individu.
“Karena haji kita jumlahnya sangat besar, 250 ribu orang, membangun kesadaran bagaimana ke depan aspek-aspek lingkungan itu betul-betul harus diperhatikan, mulai dari awal berangkat (haji) penggunaan alat-alat makan sebaik mungkin, sebisa mungkin kita gunakan yang bisa berulang-ulang dipakai (agar ramah lingkungan),” kata Azrul di Muamalat Tower, Senin (23/6/2025).
Ia mengatakan, bayangkan penggunaan kemasan air minum berbahan plastik untuk jamaah haji jika jumlah jamaah haji 2,5 juta. Maka berapa banyak kemasan air minum berbahan plastik yang jadi limbah. Sehingga akan berdampak kepada lingkungan yang sangat besar.
Anggota Komisi 8 DPR RI, Maman Immanul Haq, memberikan dukungan penuh terhadap peluncuran program Green Hajj yang digagas oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
Program ini dinilai sebagai langkah penting dalam mengintegrasikan prinsip ekonomi hijau ke dalam pelaksanaan ibadah haji.
Menurut Maman, selama ini alam kerap dipandang sebagai objek yang dieksploitasi semata.
“Program ini sangat penting untuk disebarluaskan, baik melalui kajian ilmiah maupun khutbah-khutbah. Melalui buku ini, umat diajak untuk menanam pohon, menghijaukan bumi, dan memanfaatkan lahan secara berkelanjutan,” ujar Maman.
Peluncuran Green Hajj diharapkan dapat menjadi langkah konkret dalam menjadikan ibadah haji tidak hanya sebagai kewajiban spiritual, tetapi juga sebagai kontribusi nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan global.
Sebagai penutup, KH. Anwar Abbas menegaskan bahwa setiap langkah umat harus selalu dikaitkan dengan nilai-nilai ketuhanan.
“Apa pun yang kita lakukan, jika dikaitkan dengan Allah, insyaallah kita menjadi manusia yang selamat dunia dan akhirat. Menjaga lingkungan adalah menjaga kehidupan. Buku ini dapat menjadi acuan ke depan dalam membangun politik lingkungan yang sehat dan Islami,” ujarnya.